Minggu, Agustus 17, 2008

Mengenang Uwais Al-Qarny


Mengenang Uwais Al-Qarny
Oleh Shodiqiel Hafily
17 Agustus 2008

Jangan salah kira, di samping ini bukam gambar makam Uwais Al-Qarny melainkan makam Sunan Gunung Jati. Syaikh Hasyim Asy'ary enggan dihauli, para wali sanga - hingga makamnya pun - menyepi di tempat-tempat yang sulit didatangi dan Uwais Al-Qarny bahkan enggan dikenali sebagai orang yang diisyaratkan Nabi saw.

Kepada para shahabatnya, Nabi pernah berpesan agar menyampaikan salam dan minta berkah didoakan oleh orang bernama Uwais Al-Qarny serya disebutkan sejumlah ciri-ciri khusus orang tersebut untuk dicari dan dikenali. Walau Nabi saw seorang rasul dengan kemuliaan derajat yang tinggi, beliau memang biasa minta didoakan. Hadits tentang doa sesudah adzan itu memuat pesenan Nabi, "..mintakan aku wasilah".

Yang saya pikir adalah ketinggian dan kemuliaan derajat Uwais Al-Qarny. Jika tidak demikian, tidak akan perlu-perlunya Nabi mengharap berkah demikian? Yang amat menarik dicermati adalah 'biografi' Uwais Al-Qarny tidak 'tampak' sesuatu yang fenomenal dan layak dicatat sejarah. Ketika dicari-cari para shahabat, beliau selalu menghindar. Bahkan ketika telah ditemukan tanda yang membuktikan 'keuwaisannya', beliau masih berkilah, "Agaknya bukan aku yang dimaksud Nabi."

Kalau mau, kala itu, adalah kesempatan bagi Uwais untuk mengiyakan. Bahkan, sekiranya kenabian dan kerasulan belum ditutup, beliau tidak akan disangkal sekiranya mengaku nabi pengganti Muhammad saw.

Tapi buat apa pengakuan-pengakuan itu? Nabi dan rasul mendeklarasikan kenabian-kerasulannya atas perintah Tuhan. Para wali ada yang dibolehkan mengungkapkan jati diri kewaliannya dan ada yang tidak boleh, seperti Uwais Al-Qarny.

Lalu apanyakah yang menjadi keistimewaan? Bukankah amalan yang terekam sejarah hanyalah sosok Uwais yang begitu-begitu saja. Hanya bila tiba waktu shalat, beliau segera meninggalkan kambing-kambing gembalaannya.

Derajat kewalian berbeda-beda sebagaimana wilayah yang ditangani juga berbeda. Merujuk pada Nabi Musa dan Nabi Khidlir, tugas-amanat yang dibebankan Tuhan pada hambaNya - secara global - hanya 2 (dua) macam; Wilayah rohani (metafisik) dan fisik. Mengukur keluhuran atau prestasi yang dicapai di bidang pembangunan fisik bisa dilakukan dengan pengkajian kesejarahan, tapi metafisik siapa dapat mengukur?. (bersambung..)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Paradise Indonesia Copyright © 2008 D'Black by Ipiet's Blogger Template